KOPI JOS (NGGAK ADA FOTONYA)
Angkringannya rameeeee. Sampai-sampai saya yang sudah terlanjur lapar tidak kunjung menemui nasi kucing yang saya pesan. Kopi di sini khas, ada arang panas dimasukkan, saya ulangi, dimasukkan(bukan hanya dicelup) di dalam kopi. Selain itu ada menu susu, jahe dan campuran keduanya. Harganya sangat terjangkau sekitar Rp 3.000,-
Angkringannya rameeeee. Sampai-sampai saya yang sudah terlanjur lapar tidak kunjung menemui nasi kucing yang saya pesan. Kopi di sini khas, ada arang panas dimasukkan, saya ulangi, dimasukkan(bukan hanya dicelup) di dalam kopi. Selain itu ada menu susu, jahe dan campuran keduanya. Harganya sangat terjangkau sekitar Rp 3.000,-
Bego banget, saya ikut memesan kopi jos setelah susu jahe dinyatakan raib malam itu. Perut hampir kosong
ditambah kopi adalah sesuatu yang tidak terperikan bagi penderita maag akut.
Agak lama kami ngobrol ngalor-ngidul, datanglah miss Lia dan
dek Gugun. Berikutnya datang yang nggak kalah nggatheli, Rifqi and his
bald(ing) head. Asiiiik. Rame!
Ngobrol lagi, more coffee, more ideas, dan tercetuslah BUKIT BINTANG.
BUKIT BINTANG
Kami motoran dari kopi joss ke bukit bintang, saya diboncengin Ahmad, Rifkik
sama mbak Lia pertamanya, trus mbak Lia sama dek Gugun, pertukaran ini terjadi
di POM bensin karena saya kebelet. Hehe. Pasangan terakhir adalah sejoli
Jakarta, Sando sama Daddy.
"Saya tahu jalanan ini", itu yang ada di pikiran saya ketika
menuju bukit bintang. Ternyata emang iya, jalan menuju Siung. Here’s the view…
FANTASTIC!
Sky dining view versi Jogja(?)
Sebenarnya bukit bintang semacam ini tidak hanya bisa ditemukan di Jogja, di Semarang pun ada. Jika anda di tengah perjalanan malam dan lewat tol Tembalang(tembalang bukan sih ya, lupa saya), coba lihat gemerlapan lampu yang menghidupi kota Semarang. Tapi memang di bukit bintang Jogja udaranya lebih segar, hati-hati saja masuk angin. :)
Sebenarnya bukit bintang semacam ini tidak hanya bisa ditemukan di Jogja, di Semarang pun ada. Jika anda di tengah perjalanan malam dan lewat tol Tembalang(tembalang bukan sih ya, lupa saya), coba lihat gemerlapan lampu yang menghidupi kota Semarang. Tapi memang di bukit bintang Jogja udaranya lebih segar, hati-hati saja masuk angin. :)
Tengah malem, pikiran mulai macem-macem, adegan bunuh diri
dengan berbagai pose mulai terbayang. Dan dibumbui cerita horror ala mbak Lia.
Saya doang yang histeris dengerinnya. (I don’t like anykind of ‘cerita serem’,
okay!-___-“)
Lumayan lama setelah foto-foto DIKIT, dan dikejutkan botol
pecah, akhirnya kami pulang ke rumah Ahmad di jalan Ahmad Dahlan.(emang iya?!)
Somewhere between rumah Ahmad dan bukit bintang, tak diduga
tak dinyana, pasangan sejoli dari Jakarta ilang baunya. Ternyata ban mereka
bocor dan lagi di tukang tambal. Di sana ketemu sama Sando si pipi merah doang,
mana Daddy dan Rifkik? Ternyata lagi nganter si Daddy yang sesak pipis ke POM
bensin yang tadi pas berangkat.
0 comments:
Post a Comment