Lawu Ganteng!



Tanggal 22 Oktober 2010, pukul 16.00 saya masih berada di Bengkel media center untuk cuap - cuap dikit sok sibuk gitu. Selanjutnya pukul 16.30 saya sudah stand by di Posko STAPALA hendak berangkat menuju kabupaten Magetan Jawa Timur.

Kami pergi menuju Magetan dengan jalur transportasi sebagai berikut:
KRL Pondok Ranji - Tanah Abang
Kereta Bengawan bareng The Jakmania; Tanah Abang - Stasiun Solo Jebres
Jalan kaki sebentar menuju jalur bus Langsung Jaya; Jebres - Tawangmangu
Angkutan kecil semacam mobil carry; Tawangmangu - Magetan (Cemoro Sewu)



Tanggal 23 Oktober 2010, sekitar pukul 11.00 kami bertemu rombongan kami yang lain. Kemudian mulai mendaki gunung Lawu pukul 12.30. Beberapa saat sebelum mendaki, saya sadar saya nggak bawa obat sesak napas saya. Sampai pos 2 langit masih cerah dan semuanya berjalan lancar. Dari pos 2 menuju pos 3 hujan mulai mendera. Kami akhirnya sampai di pos 3 setelah menerjang hujan.
Saat di pos 3 ini, saya baru nyadar kami terpisah menjadi 3 kelompok.
kelompok pertama, yang baru saja berangkat dari pos 3; Jane, Kower, Item, Botak, Codet dan ceweknya, Hanum.
Kelompok kedua, yang sedang di pos 3; Saya, Palpi, Ijil, Mas Wipy, dan Mas Julian.
Kelompok ketiga, yang belum sampai di pos 3; Kopyor, Combro, Depex, Change', Jupret dan Odol.

Saat saya berhenti di pos 3, hujan agak reda. Kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Beberapa lama kemudian, saat kami sudah jauh dari pos 3 dan masih jauh juga dari sendang derajat, kami diguyur hujan habis-habisan.

Pada awalnya saya, Palpi dan Ijil balapan sama mas Wipy dan mas Julian. Kemudian fisik saya mulai drop. Dan berhenti di salah satu anakan tangga menuju puncak. Kami bertiga menunggu mas Wipy dan mas Julian yang masih di belakang. Saat itu sudah sekitar pukul 18.00, saya kebasahan semua dan kedinginan. Saya dan mas Wipy hypothermia. Akhirnya kami berhenti di situ sejenak untuk menghangatkan diri dan mengganti baju kami yang basah. (astaga, untung aja gelap. bayangkan! saya ganti baju di tengah jalan tanpa tabir apapun... etapi ada Palpi sih jadi aman.)

Saat itu ada mapala dari Bandung yang hendak ke Sendang Derajat, tempat kelompok yang pertama ngecamp. Kami minta tolong supaya pesan kami disampaikan kepada Jane, atau yang lain yang ada di sana. Kami butuh pertolongan, dan 2 orang di antara kami hampir mati kedinginan.

Sambil menunggu Jane dan Kower turun, kami memasak air dan membuat Jahe Merah untuk menghangatkan tubuh kami. Saya sudah seperti orang linglung, memegang gelas saja tidak bisa, apalagi meminumnya. haha. Payah.

Beberapa saat kemudian Jane dan Kower turun dan membantu kami menuju Sendang Derajat. Daypack saya dibawakan Kower dan Jane membawakan Carrier mas Wipy. Di tengah Jalan antara tempat kami berhenti dan Sendang Derajat, saya merasa lemas dan duduk. Kower menyuruh saya berdiri, katanya kalau badannya tidak digerakkan, nanti kaku, kedinginan. Kemudian dia bilang, "Jalan di sampingku aja, biar nggak kena angin..." Alamak, langsung lah saya nangis lebay terharu gitu. #eh

Dan malam itu akhirnya kami sampai di Sendang Derajat, saya langsung disuruh tidur biar hangat katanya. Tapi saya belum sholat maghrib dan isya', jadi saya sholat, kemudian tidur. Di tengah tidur, saya dibangunkan disuruh minum jahe hangat ama makan mie instan. Hangat sudah malam itu.



Pagi menjelang, kami muncak pukul 9 pagi setelah rombongan yang tertinggal berhasil menyusul kami di sendang derajat, yaitu Change', Jupret, Combro, Kopyor, Depex, dan Odol. Sebelum ke puncak, kami menitipkan barang dan sarapan di tempat mbok yem, warung yang terkenal dengan pecelnya di ketinggian tigaribuan meter di atas permukaan laut. Dan juga mampir ke makam dan ke rumah botol.



Pemandangan di puncak, kami disuguhi dengan triangulasi yang indah. Matahari di lawu sangat terik dan dinginnya sangat menusuk.

Tapi memang Lawu ganteng. Lawu indah, Indonesia indah, pa!
Category: 0 comments

DP Baru dan Dilemanya


Ya, saya nggak tahu harus menulis di mana, dan mendadak ingin menulis di diary Posko pun segan.

Bukan satu atau dua kali saya bilang, "saya pengen manjat."
Cuma sekedar bilang, nggak minta ditanggepin, nggak minta dijawab, nggak menuntut juga renovasi DP(Dinding Panjat) yang masih "telanjang".

Iya, saya GAK MINTA. Mengapa? Karena saya merasa nggak berwenang, nggak punya hak ngomong, toh percuma saya berkoar - koar sampai bengek juga nggak bakal bener itu DP.

Maka dari itu, saya memilih diam. Lagi pula udah ada yang bilang "talk less do more" dan lengkap dengan jempol like-nya. Oke let's talkless and nothing to do.

Ya, emang banyak mulut nggak baik. Makanya saya ngajaknya langsung ke tebing aja. Kemana aja terserah. Gampang sajalah kalo orang 'nerimo' kayak saya. Mau pada ngemeng apa juga bodo' amat.
Category: 0 comments