Yes-man = me


Bayangkan seorang procrastinator sejati seperti saya, merangkap sebagai pelupa dan yes-man, tiba-tiba memiliki janji ini, janji itu, hadir di sini, hadir di situ.

Dimulai dari tanggal 4 mei ketika KTTA saya ‘nangkring’ di secretariat dan sudah dihiasi dengan indahnya tanda tangan dosbing. Beban mulai terasa ringan. Akhirnya saya membuat janji dengan mas-saya bahwa saya akan sowan ke tempat beliau akhir minggu ini. Masalah selesai dengan membuang jauh angan-angan Pangrango dari pikiran saya.

Usut punya usut saya lupa melampirkan surat kontinjensi sebagai penggantian tema KTTA kemarin, dan setelah bertanya kepada mas yogi (orang sekre) katanya enggak apa-apa disusulin. Yaudah, saya santai dengan masalah kontinjensi ini. Akhirnya pergi lah saya makan dengan teh iko.

Sore harinya saya ke bengkel dan langsung disuguhi rapat yang saya nggak ngerti intinya apa. Keadaan tidak kondusif dan merasa nggak nyambung sama rapatnya, saya pun pergi ke tempat dosbing saya menitipkan surat kontinjensi ke pembantunya supaya disampaikan. Yang paling saya ingat adalah, findo bertanya, “Kalian punya waktu luang 3 hari ini?” Dengan menghadiri rapat tersebut berarti saya berkomitmen dan akan menjalankan peran. Sedangkan akhir minggu ini saya harus ke tempat abang saya, belum lagi saya membuat janji berenang bareng teh iko.

Hari jumat pagi, janji renang bareng yang sudah ditag entah dari kapan ditunda menjadi renang jumat sore lantaran kedua belah pihak sama-sama kebo. Menjelang pukul 11 siang saya berangkat ke sekretariat menyerahkan surat kontinjensi dan outline baru yang ‘ketinggalan’, sebelumnya tinggal di posko mencari KTM karena saya lupa bawa KTM. Setelah selesai dengan urusan sekre saya tinggal di posko.

Siang hari yang sangat panas sekitar pukul 1.32PM, abang saya tiba-tiba menelpon. “Gak jadi ya ke sininya. Besok aja abis ujian, mau periksa kandungan mbak yuni dulu.”
Ide-ide busuk langsung bertebaran di kepala saya. Yang paling jelas adalah bayangan ke Pangrango. Sontak saya langsung sms mbak gerie, bermaksud mencari ‘kursi’ ke Pangrango. Padahal pukul 3.00PM saya harus ada di kosan dan lanjut renang pukul 3.30PM. Ternyata malam harinya pun saya harus hadir di bengkel memulai berita-berita yang perlu dimulai. Dari sinilah saya mulai kacau, mengiyakan ke Pangrango padahal sudah bersedia meluangkan 3 hari untuk bengkel, sedangkan agenda terdekat adalah renang dan waktu memutuskan hanya 10 menit jalan pulang.

Saat melangkah pulang saya nggak bisa menyembunyikan senyum membayangkan segera menjumpai Mandalawangi yang terkenal itu. Tetapi senyum itu tidak bertahan lama setelah akhirnya saya memutuskan meminta izin kepada mas-saya dan dijawab dengan sms singkat, “Tdak Boleh” Alhamdulillah nggak pake Capslock. Tapi usaha saya tidak berhenti di sini, saya berusaha menelpon rumah. Izin ke ibu lebih lancar dibandingkan izin ke mas-saya, jendral! Dan sialnya, yang ngangkat telpon itu mbak-saya yang lagi di rumah. Jeng, jeng, jeng, jeng!!! Kombo blacklist deh. Akhirnya saya urungkan niat ke Pangrango. Mulailah saya packing untuk renang bareng teh iko.

Sedikit banyak renang mulai mengikis kekecewaan saya. Selepas renang saya ke bengkel, bagi-bagi tugas dan pulang lagi.

Hari sabtu juga berjalan sama kacaunya, tiba-tiba saja saya mengiyakan ajakan badminton teh iko. Padahal saya harus nyicil artikel dan saya sangat ingin melihat kompetisi bouldering internal STAPALA juga plastik di Plasma. Akhirnya satu per satu agendanya batal sendiri. Badminton batal lantaran teh iko nganter mbak reni ke kondangan, nonton bouldering juga batal karena udah ketauan juaranya, Saya??? Stay di bengkel dan pikiran saya bergentayangan entah kemana.

Lama kelamaan saya tidak tahan dan memutuskan kabur ke plasma. Di plasma pun pikiran entah kemana tapi cuap-cuap komentar Plastik. Belum juga selesai hari sabtu, saya sudah membuat janji lagi hari minggunya. Saya ikut KCB, bersedia hadir lomba bouldering, dan menuntaskan artikel.

Pagi mendung dan hujan, berangkat KCB telat dan hanya mencari sesi pembahasan penempatan tapi ternyata nggak dapet apa-apa juga. Ngecek posko setelah keluar dari forum. Dan benar kata najihah, tidak ada tanda-tanda akan dimulainya lomba. Saya langsung tancap gas ke bengkel. Surprise!!! Ternyata saya perlu membuat satu artikel lagi gara-gara usul bodoh saya yang menyarankan pemisahan pembahasan. Ada yang kelupaan? Iya, lomba bouldering. Sms dari gaek, katanya pukul 13.30 lomba dimulai. Oke saya mulai merambati kolom kosong yang harus diisi.

Tidak lupa saya selalu sms najihah menanyakan kondisi, jika memang dimulai saya langsung ke TKP, berapa menit manjat kemudian balik lagi ke bengkel. Dan ternyata lomba dibatalkan. Saya bisa berfokus pada artikel saya yang acakadut itu. Sekitar pukul 4.00PM, artikel selesai dan diedit oleh tangan ajaib mamih. Selesai sudah semuanya.

Di titik inilah saya mempercayai rencana Tuhan benar-benar berjalan. Betapa keajaiban datang di sela-sela hal kecil yang saya sendiri tidak pahami. Saya yang sok yes-man mengiyakan semua ajakan, akhirnya diaturkan jadwalnya oleh Tuhan dengan batal-sana-batal-sini tanpa harus mengatakan ‘tidak’ secara langsung(ataupun eksplisit). Tanpa harus ngeles, saya juga nggak mau ngeles. Dan jika pun saya tidak hadir, anda(kamu) semua tau saya hadir di tempat lain. Tidak lari.

Tapi memang salah saya jika saya tidak bisa mengatur waktu saya. Bahkan membuang waktu dengan menulis notes sepanjang ini.

10.12PM
Kamar 7 Murai Sistah. Tempat paling nyaman di belahan bumi Bintaro ini.
Category: 0 comments