Jika anda punya uang pas-pasan dan memiliki waktu sangat
senggang seperti saya, lari lah ke Bali barang sejenak. Akan lebih baik lagi
jika anda punya kerabat atau teman yang berdomisili di Pulau Dewata ini. Selain
kemungkinan mendapat keringanan dalam biaya akomodasi, waktu anda akan lebih
efisien selama di Bali karena sekaligus mendapatkan guide gratis.
Berikut rincian biaya meliputi transportasi yang saya tempuh
dari Yogyakarta menuju Denpasar(Bali), sewa motor, penginapan, dan HTM
Yogyakarta – Banyuwangi :
Kereta Sritanjung Rp 35.000,-
Banyuwangi(Ketapang) – Denpasar : Bus Akasasri Rp 25.000,-**
Denpasar – Kuta :
Carter angkot Rp
100.000,-*
Sewa Motor :
Rp 50.000,-/day
Penginapan :
Rp 100.000,-/2 orang/malam
HTM…
Garuda Wisnu Kencana :
Rp 25.000,-
Pura Uluwatu :
Rp 3.000,-
Monkey Forest :
Bisa free, bisa Rp 20.000,-
Danau Batur :
Rp 10.000,-
Pantai Sanur :
Free
Tanah Lot :
Motor Rp 2.000,- Orangnya Rp 7.500,-
Pantai Kuta :
Free
*Karena kami bersepuluh, maka satu orang dikenakan biaya Rp
10.000,- untuk carter angkot.
** Jika bus anda tidak mengakomodir tiket penyeberangan, biaya menyeberang Ketapang - Gilimanuk Rp 6.000,-
Perjalanan Yogyakarta – Banyuwangi memakan waktu 14 – 15
jam. Kereta Sri tanjung beranjak dari stasiun Lempuyangan Yogyakarta dengan
jadwal kereta pukul 7.28 WIB. Akan tetapi kereta ekonomi ini tidak akan berangkat
sebelum kereta ekonomi Bengawan dari Jakarta merapat ke stasiun tersebut. Saat
itu kereta berangkat pukul 8.25 WIB, dan tiba di stasiun Banyuwangi Baru hampir
tengah malam.
Anda akan menemui banyak penjual asongan di sepanjang
perjalanan. Dari penjual lanting, potongan kuku, mainan anak-anak, bahkan
burung hantu pun dapat anda temui. Harga lanting semakin ke timur akan semakin mahal
karena asalnya sendiri dari Kebumen, maka wajarlah ada kenaikan harga. Di
daerah sepanjang Ngawi hingga Pasuruan ramai sekali penjual hewan-hewan liar.
Ini dikarenakan daerah tersebut terdapat hutan-hutan jati(kata nyonyahe).
(Teman seperjalanan saya, ayong*, sempat membeli burung hantu yang dinamakannya
Jojom 2. Dengan harga Rp 20.000,- ini masih sangat bisa untuk ditawar dengan
harga lebih rendah. Tapi apa daya ayong pasrah.)
*Badannya gedhe bener, tapi kalo masalah nawar mendadak lunak.
Kereta Sri Tanjung akan berhenti di
stasiun Gubeng Surabaya untuk mengganti lokomotif dan akan berhenti cukup lama.
Selanjutnya kereta akan melewati lokasi semburan lumpur Lapindo. Agak berbau telur busuk jika melewati daerah ini. Setelah lokasi
tersebut di kanan dan kiri rel sering sekali nampak pemandangan tanah pekuburan.
Tengah malam di depan stasiun Banyuwangi Baru banyak banci. Jika anda lelaki
berbadan besar seperti ayong berhati-hatilah, banci sangat suka.
Berjalan keluar dari stasiun ke arah pelabuhan Ketapang, akan banyak anda temui bus dengan jurusan terminal Ubung(Denpasar). Bus dengan sheet 3
– 2, dan tanpa AC. Harga Rp 25.000,- yang kami dapatkan bukanlah harga paten.
Itu adalah harga debat antara Sinaga dengan bang sopir. Jadi? Pandai-pandailah
dalam bernegosiasi. Hidup sinagalapet!
Begitu bus memasuki kapal dan mematikan mesinnya, kami
menuju mushola yang terdapat di kapal ini untuk menjama’ sholat maghrib dan
isya’. Penyeberangan hanya berlalu sekitar 30 menit sampai satu jam. Pergilah
ke bagian deck kapal dan menikmati angin malam yang lumayan kencang, jika
beruntung anda bisa meminta untuk masuk ke bagian kendali kemudi kapal.
Meskipun dengan jelas tertera ‘dilarang masuk’.
Sesampai di Gilimanuk akan selalu diadakan pemeriksaan KTP(kartu identitas lain bisa, seperti SIM), kabarnya orang yang kedapatan tidak memiliki kartu identitas diperintahkan untuk kembali. (Nggak tau sih, saya enggak nyoba juga.) Perjalanan panjang dari Gilimanuk menuju Denpasar, memakan waktu cukup lama. Adzan subuh terdengar tidak lama setelah kami sampai di terminal Ubung Denpasar.
Denpasar – Kuta dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 45
menit. Ada alternatif lain selain menyewa angkot. Ada trayek angkot menuju
Kuta. Hanya saja alternatif ini mengharuskan anda 2 kali naik, dan transit di
wilayah Tegal dulu baru kemudian melanjutkan ke Kuta. Saya menemui hampir semua
angkot berwarna biru, ternyata yang membedakan adalah warna garis pada badan
mobil angkot ini(koreksi saya jika saya salah J
).
(Penginapan dan Transportasi di Bali)
Kuta, gang Poppies Lane II. (katanya sih)Di sinilah sentra
penginapan murah bagi para backpacker.
Penginapan yang sangat terkenal dengan tarif kamar Rp 50.000,-/2 orang/malam
adalah Arthawan. Saya dan seluruh teman seperjalanan tidak menginap di tempat
tersebut lantaran penuh. Kami menginap di Mekar Jaya, tarifnya dua kali lipat.
Keuntungan memilih tempat ini(Mekar Jaya), begitu keluar langsung ketemu tempat penyewaan
motor. Memang di Bali sangat mudah menemui tempat penyewaan motor sih.
Mayoritas motor yang disewakan adalah motor matic.
Hal yang menarik dari tempat rental motor di sini, tidak
hanya menyewakan motor saja. Ada ‘perpustakaan’ yang dikelola oleh pemilik yang
sama. Tempat ini melayani penukaran dan penjualan buku. Anda bisa menemui buku
dengan berbagai bahasa, bahkan terbilang jarang buku dengan bahasa Indonesia di
deretan rak yang saya temui. Oya! Anda bisa meminta atau membeli brosur dengan
peta yang dipajang di depan rental. Hati-hati, brosur tersebut ada yang memang disediakan gratis dan ada juga yang dijual. Mintalah untuk dijelaskan rute menuju
tempat wisata yang ingin anda kunjungi. Atau lebih baik, mintalah teman anda
yang berdomisili Bali, atau berkuliah di Sekolah Pariwisata di Bali, untuk
menunjukkan jalan. Itu akan lebih menghemat waktu.
(Destinasi)
Hari Pertama
Pura Uluwatu
Mengutip dari blog sanda,
“Sampai juga di Pura Luhur Uluwatu.
“This temple is one of several important temples to the spirits of the sea along the south coast of Bali. It’s one of the seafront temples beside Tanah Lot, Rambut Siwi, and Pura Sakenan. The temple is perched precipitously on the southwestern tip of peninsula, atop cliffs that drop straight into the pounding surf” (lonely planet page 132).
“For the Balinese, Pura Tanah Lot is one of the most important and venerated sea temples. Like Pura Luhur Uluwatu, at the tip of the southern Bukit Peninsula, and Pura Rambut Siwi to the west. Its said that each of the ‘sea temples’ was intended to be within sight of the next, so they formed a chain along Bali’s southwestern coast-from Pura Tanah Lot you can usually see the cliffs top site of Pura Uluwatu far to the south, and the long sweep of sea shore west to Perancak, near Negara” (lonely planet page 272)."
Berbagai macam gaya... |
Pakai sarung, padahal celana kita lebih dari selutut. |
Wow, seandainya saya tuntas baca buku itu sebelum sampai di Bali, pasti kekaguman saya jauh lebih besar. Bayangkan, orang jaman Majapahit udah bisa mbangun arsitektur se-mikir itu dan se-keren itu. Dari salah satu Pura Laut tersebut, kita bisa melihat Pura Laut di seberang lho katanya… Padahal jaraknya puluhan kilometer. Semacam benteng terluar selatan Pulau Bali lah.
Tahu begini, kami nggak hanya foto-foto doang (lha memang mau ngapain lagi yak?). Setidaknya kami bisa merinding disko kalau bisa lihat Tanah Lot dari kejauhan begini. Sedihnyooo."
Biaya masuk pura uluwatu hanya Rp 3.000,-. Pengunjung diharapkan
berpakaian rapi dan pantas. Karena ini tempat sakral, pengunjung harus
mengenakan kain mirip selendang kecil yang diikatkan di pinggang, untuk yang
bercelana pendek juga dianjurkan memakai selendang yang lebih lebar sebagai
sarung.
Monkey Forest
HTM monkey forest Rp 20.000,- dan ada yang jualan pisang di
sana jika anda berniat mulia memberi makan monkey-monkey liar. Ada jalan cukup untuk
dilalui motor yang meniti pinggiran tempat ini jika anda sayang dengan dua
puluh anda.
Pantai Dreamland
Kami mengunjungi pantai dreamland yang bersih tapi ramai.
Ombak di sini besar, beberapa surfer memanjakan diri di sini. Ada juga yang
melakukan recording di pantai kala
itu, entah untuk kepentingan apa. Awalnya saya sempat mengira ayu ting-ting.
Saya lupa deh bayar ato enggak masuk ke komplek New Kuta B**ch ini.
Garuda Wisnu Kencana
Garuda Wisnu Kencana adalah tempat dimana anda bisa
menyaksikan cita-cita besar membangun patung yang akan melebihi icon paman sam,
yakni patung liberty. Biaya masuk Rp 25.000,- dan agaknya pada complain mahal. Menurut saya sih worthed. J
Ada bermacam suguhan tari-tarian di amphi theater GWK. Pukul
18.00 WITA,tarian Kecak mulai disuguhkan. Sebenarnya ada performance
sebelumnya, tapi saya lupa tari apa, dan kami nggak nonton jugak. Saya terkesan
dengan tari kecaknya. (Meskipun kata iwan biasa aja sih.) Pilih lah duduk di
deretan paling depan, jika beruntung anda akan diajak turut
berpartisipasi(berarti saya sial dong). Lebih nampol aja kalo duduknya di
depan. Dan kalau anda cukup tidak tau malu seperti Jojom, bisa ngeloyor aja ke
depan ikut nari. Penonton biasanya mengajak para penari berfoto seusai
pertunjukan.
Hari Kedua
Berikut beberapa twit saya tentang hari ke-2
“day 2
Bali-ing, CUMA ke danau batur. iya sih satu destinasi aja, tapi indahnya
subhanallah yah!”
“Danau
batur terletak di kawasan wisata kintamani, kalo ketauan tampang turis, bayar
di pertigaan loket menuju danau.”
“Lupa deh
bayarnya berapa, 10k kayaknya”
Danau Batur sangat jauh dari Kuta, pantat tepos terbayar
dengan indahnya pemandangan kawasan wisata Kintamani. Danau Batur adalah danau
vulkanik. Sempat aktif beberapa bulan sebelum kedatangan saya ke sana oktober
lalu. Kata seorang ibu yang memiliki warung di sekitar danau dan berdomisili
asli di situ, saat danau aktif warnanya berubah-ubah. “Jadi bagus warnanya,
tapi ikan-ikan mati.” Tutur bu kadek(jika mengikuti teori hipotesis sanda, nama
beliau bu kadek).
Desa Trunyan terlihat dari tempat kami berhenti di warung bu
kadek, beliau sempat menambahkan bahwa biaya perahu(speed boat) untuk
menyeberang normalnya adalah Rp 500.000,- berapapun orangnya.
Hari Ketiga
Pantai Sanur
Sunrise sangat indah di pantai Sanur, sepi sekali. Hanya
beberapa bapak-bapak yang mempersiapkan amunisi divingnya. Sangaaaat indah
sunrise di sini, meskipun pantainya sudah agak kotor. Saksikan sendiri dan anda
akan tahu yang saya maksud.
Tanah Lot
Agak pasang jika pagi, dan anda tidak bisa masuk jika ada
upacara di sana. Yang namanya batu karang memang tajam, hati-hati saja jika
anda me-labil di sana. Lecet-lecet.
Pantai Kuta
Kalo mau liat sunset katanya sih di sini. Entahlah, kami
nggak nyunset di sini. Padahal deket.
Dari Erlangga kami langsung menuju terminal Ubung. Belum sempat angkot yang kami carter berhenti, calo-calo sudah masuk ke angkot dan berteriak sana-sini. FYI, calo di terminal ini sangat ganas. Anda akan diikuti kemana pun anda pergi.
Ngongkos pulang;
Carter Kuta - Erlangga : Rp 100.000,-
Carter Erlangga - Ubung : @ Rp. 7.000,- (ber-9)
Ubung - Gili manuk (nggak nyampe Ketapang) : Rp (LUPA)
Gili manuk - Ketapang : Rp 6.000,-
Terima kasih kepada,
Ahmad atas kasur yang super PW(yang nggak dapet kasur nggak
usah senewen), super-delicious-hot-tea, dan sarapannya.
Mbak Lia yang sudah menemani me-wanita, dan ilang bross-nya,
miyanhae.
Sando yang nyobain semua potongan kuku di kereta.
Gugun yang sangat menyebalkan dan giat sekali 'ngece'.
(oom) Dio yang membawa serta Lia.
Jombang yang menambah aroma kehomoan
di rombongan.
Dedi yang ampe juling liat 'lonely planet'.
Iwan yang sudah sabar mengojek 3 hari.
Ayong yang udah pasrah nggak mau nawar.
Rifkik yang ngikut ke Bukit Bintang.
Sayyyyyang kalian. Terima kasiiiiih. :) :D